عن عبد الله ابن عمر –رضي الله عنهما- قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم،
ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata, bersabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam :
“Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang di taati, hawa nafsu yang di ikuti dan ujubnya seseorang terhadap diri sendiri”. (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-shahihah no 1802)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadits :
1- ‘Ujub…, bangga dengan amalan yang telah kita lakukan. Bangga dengan ilmu yang telah kita miliki. Dan bangga dengan keberhasilan dakwah kita. Bangga dengan kalimat-kalimat indah yang kita rangkai. Dst…??!!
2- Orang yang ujub merasa bahwa dirinya paling tinggi di hadapan manusia yang lain… bahkan merasa dirinya lebih tinggi di sisi Allah.., namun pada hakikatnya dia orang yang paling rendah dan hina di sisi Allah.
3- Bukankah ujub juga menggugurkan amalan sebagaimana riyaa’..??
Bukankah ujub juga menyebabkan pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam sebagaimana riyaa’…?
Bukankah ujub juga merupakan salah satu bentuk syirik kecil sebagaimana riya’…??
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
وَكَثِيرًا مَا يَقْرِنُ النَّاسُ بَيْنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ فَالرِّيَاءُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالْخَلْقِ وَالْعُجْبُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالنَّفْسِ وَهَذَا حَالُ الْمُسْتَكْبِرِ فَالْمُرَائِي لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ : { إيَّاكَ نَعْبُدُ } وَالْمُعْجَبُ لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ : { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } فَمَنْ حَقَّقَ قَوْلَهُ : { إيَّاكَ نَعْبُدُ } خَرَجَ عَنْ الرِّيَاءِ وَمَنْ حَقَّقَ قَوْلَهُ { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } خَرَجَ عَنْ الْإِعْجَابِ وَفِي الْحَدِيثِ الْمَعْرُوفِ : { ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ }
“Dan sering orang-orang menggandengkan antara riyaa’ dan ujub. Riyaa termasuk bentuk kesyirikan dengan orang lain (yaitu mempertujukan ibadah kepada orang lain-pen) adapun ujub termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri (yaitu merasa di rinyalah atau kehebatannyalah yang membuat ia bisa berkarya-pen).
Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang riyaa’ tidak merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ “Hanya kepadaMulah kami beribadah”, dan orang yang ujub tidaklah merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “.
Dan hanya kepadamulah kami memohon pertolongan ”. Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ maka ia akan keluar lepas dari riyaa’. Dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ maka ia akan keluar terlepas dari ujub” (Majmuu’ Al-Fataawaa 10/277).
3- Ibnul Qoyyim rahimahullah menukilkan perkataan seorang salaf. “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar melakukan sebuah dosa, dan dengan dosa tersebut menyebabkan ia masuk surga. Dan seorang hamba benar-benar melakukan sebuah kebaikan yang menyebabkannya masuk neraka. Ia melakukan dosa dan dia senantiasa meletakkan dosa yang ia lakukan tersebut di hadapan kedua matanya.
Menangis Dan Menyesal
Senantiasa merasa takut, khawatir, senantiasa menangis dan menyesal. Dan senantiasa malu kepada Robb-Nya, menunudukan kepalanya di hadapan Robbnya. Dengan hati yang luluh maka jadilah dosa tersebut sebab yang mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungannya. Hingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada banyak ketaatan.
Dan seorang hamba benar-benar melakukan kebaikan yang menjadikannya senantiasa merasa telah berbuat baik kepada Robbnya dan menjadi takabbur dengan kebaikan tersebut. Memandang tinggi dan ujub terhadap dirinya serta membanggakannya dan berkata : Aku telah beramal ini, aku telah berbuat itu. Maka hal itu mewariskan sifat ujub dan kibr(takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab kebinasaannya…” (Al-Wabil As-Shoyyib 9-10)
Tema hadits yang berkaitan dengan Al Qur’an :
Mayoritas manusia tidak mengetahui tentang hal-hal buruk yang bisa menggugurkan amalan-amalan kebajikan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras. Sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala). Amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari (QS Al-Hujuroot : 2)
Allah Subhanahu wata’ala mencela orang yang ‘ujub
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشاءُ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلاً
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang di kehendaki-Nya dan mereka tidak di aniaya sedikit pun.[An nisa:49]