Sumedang, Bewaramedia.com – Peringatan seratus tahun Kebangkitan Nasional merupakan momentum untuk mengobarkan semangat kebangsaan dan kemandirian dalam teknologi informasi (TI), akan tetapi tidak ada roadmap yang bagus untuk merdeka dalam bidang TI.
Demikian pernyataan anggota Dewan Pakar Kadin Academy (Kamar Dagang dan Industri) Jawa Barat (Jabar), Dr. Ir. Bernaridho I Hutabarat yang juga Dosen Tamu Institut Teknologi Bandung (ITB) pada acara Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) di Gedung KOICA, Ruang Multipurpose Hall, Kampus ITB Jatinangor Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No. 1 Jatinangor, Sumedang, Minggu (09/10/2022).
“OSS (Open Source Sofware) disalahartikan sebagai obat mujarab untuk mengatasi hampir semua masalah, termasuk masalah kemerdekaan dalam hal TI. Free Software juga dijadikan obat mujarab dan diperlakukan bak titah Tuhan, sedemikian sehingga siapapun yang membuat software komersial atau menjadi distributornya diperlakukan mirip sebagai ‘kriminal’ atau ‘antek penjajah’,” katanya.
Menurut Bernaridho pertanyaan kunci dan asumsi utama TI terdiri atas hardware dan software.
“Saya berasumsi adalah mustahil untuk mandiri dalam hal hardware. Perubahan prosesor terlalu cepat. Fabrikasi memerlukan gedung fisik dengan fasilitas mahal. Untuk itu, focus pada upaya pencapaian kemerdekaan dalam teknologi software. Target ini lebih feasibel, bahkan ada yang mengatakan ‘membuat pabrik software cuma perlu otak’, walau kenyataan tidak sesederhana itu,” paparnya.
Soekarno, imbuh Bernaridho, dalam naskah proklamasi menyatakan ‘menuju pintu gerbang kemerdekaan’ adalah sebuah kiasan yang bagus.
“Kemerdekaan dalam hal software dapat menjadi andalan sebagai sesuatu yang harus kita masuki setelah melewati pintu. Pintu ini memiliki kunci. Pertanyaannya: teknologi apa yang menjadi kunci penguasaan semua (sub) teknologi lain dalam hal software?,” tanyanya.
kriteria roadmap
Adapun kriteria roadmap yang bagus yang selama ini tidak pernah terjawab oleh para pakar TI.
“Tanpa penguasaan kunci tersebut, maka pintu tersebut tidak terbuka. Kita mungkin bisa membuat software ini software itu tapi kita tidak benar-benar merdeka karena kita tidak tahu kunci pintu gerbang kemerdekaan tersebut. Bila kita tahu dan kemudian menguasainya, maka kita akan dapat benar-benar merdeka dalam hal software. Merdeka baik dari Microsoft maupun dari FSF (Free Software Foundation) dan banyak pihak lain.” terang Bernaridho.
Karenanya, dirinya mengajak semua pihak yang berwenang dan berkemauan mewujudkan kemerdekaan dalam bidang software untuk mengkaji argumen bahwa teknologi kunci dalam bidang software adalah teknologi code-translation.
“Saya tidak ingin hanya mengkritik. Harus ada solusi, dan argumen yang diajukan harus berbekal nalar yang kuat dengan memadukan berbagai sumber utama berupa kolom, artikel, maupun buku. Sumber-sumber lain sulit saya jejaki, dan saya dengan senang hati menerima masukan tentang sumber-sumber tersebut,” pungkasnya. (jk)
Editor: Jumadi Kusuma