Pendidikan Sistem Among Ki Hajar Dewantara
Penulis: Ida Lailatul Fauziyah, M.Pd., Guru SMAN 1 Wates Kediri
BewaraMedia.com – Sistem Among Ki Hadjar Dewantara merupakan metode yang sesuai untuk pendidikan karena merupakan metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love).
Pendidikan sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu: kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya dan kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan kekuatan lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri.
Sistem Among sering dikaitkan dengan asas yang berbunyi: Tut Wuri Handayani, Ing madya mangun karsa, Ing ngarso sung tuladha. Asas ini telah banyak dikenal oleh masyarakat daripada Sistem Among sendiri, karena banyak dari anggota masyarakat yang belum memahaminya.
Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh anak. Para guru atau dosen disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang.
Tujuan dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.
Dalam pelaksanaan Sistem Among, setelah anak didik menguasai ilmu, mereka didorong untuk mampu memanfaatkannya dalam masyarakat, didorong oleh cipta, rasa, dan karsa.
Beberapa hasil penulisan mengenai sistem pendidikan menunjukkan hasil sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Iswanti, dkk (2007:56) mengenai sistem pendidikan berasrama bagi calon guru sekolah dasar, menyimpulkan bahwa “sistem pendidikan guru SMA berasrama dapat meningkatkan sikap dan kepribadian calon guru“.
Sedangkan penelitian Supriyanto (2008:12) yang membandingkan antara pembelajaran dengan Sistem Among dengan Student Centered Learning (SCL), mengatakan bahwa dalam tataran tertentu pembelajaran dalam Sistem Among lebih maju dan sesuai dari pada metode SCL, sebaliknya dalam tataran tertentu metode SCL yang diterapkan di Indonesia masih bersifat sentralistik dan belum menjadi suatu metode yang secara otonom dan otentik dimiliki oleh guru atau dosen.
Berdasarkan beberapa kajian tersebut, dapat dilihat berbagai keunggulan dari Sistem Among, namun sayang kajian, penulisan, dan penerapan mengenai hal itu belum banyak dilakukan di sekolah-sekolah, khususnya sekolah dasar. Beberapa pihak mengkhawatirkan, bila tidak dilakukan kajian yang mendalam, sistem tersebut dilupakan atau tidak dipahami oleh generasi yang akan datang.