Bullying, Keteladan dan Masalah Kita Bersama

oleh
Bullying, Keteladan dan Masalah Kita Bersama
Bullying, Keteladan dan Masalah Kita BersamaBullying, Keteladan dan Masalah Kita Bersama

Bewaramedia – Kasus tindak kekerasan atau bullying antar siswa kembali terjadi lagi. Kali ini pelaku bullying adalah siswa SMP yang dilakukan kepada teman sekelasnya.

Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak melakukan tindak kekerasan atau bullying. Tapi pada dasarnya seorang anak berperilaku tertentu berdasarkan hasil belajar pengamatan dan meniru perilaku orang lain, khususnya perilaku orang dewasa

Jika seorang anak melihat orang lain melakukan suatu perilaku tertentu, kemudian perilaku orang tersebut mendapatkan respon atau penguatan positif di lingkungan sekitarnya maka anak cenderung tertarik untuk mencoba perilaku terasebut. Dan Jika perilaku yang ditiru anak itu mendapatkan penguatan positif maka perilaku tersebut itu akan terus dilakukan dan ditiru anak yang lainnya.

Dalam kasus bullying, jika pelaku bullying mendapatkan pujian, persesetujuan dan pembiaran maka perilaku bullying itu akan terus dilakukan anak. Apalagi jika korban bullying malah jadi bahan tawan oleh teman-temannya atau lingkungan sekitarnya.

Banyak faktor yang menyembabkan seorang anak melakukan tindakan kekerasan , diantaranya:

1. Faktor keluarga
2. Lingkungan sosial
3. Teman sebaya
4. Pengaruh media televisi atau film/video yang sering anak tonton

Faktor keluarga, pertama berkaitan dengan pola asuh orangtua. Apakah permissif, kurang perhatian kepada anak, tidak tegas atau sering memberi hukuman yang tidak mendidik. Yang kedua berkaitan dengan bagaimana hubungan dan pola interaksi antara sesama anggota keluarga. Apakah penuh permusuhan, kekerasan kata-kata kasar, cacian dan hinaan. Serta bagaimana orangtua dan anggota keluarga lainnya memperlakukan orang lain.

Faktor teman sebaya (kelompok bermain) baik dilingkungan rumah atau sekolah. Apakah kekerasan, kata-kata kasar, cacian dan hinaan itu menjadi kata-kata yang biasa mereka ucapakan dan lakukan dalam berinteraksi dengan sesama temanya.

Faktor lingkungam sosial. Hal ini berkaitan dengan bagaimana interkasi antara orang dewasa di lingkungan sekitar anak bermain. Biasa anak juga sering melihat dan meniru perilaku orang dewasa yang sering ia lihat di sekitarnya lingkungan bermain.

Faktor media televisi atau film dan video. Baik itu film kartun, adegan dalam film atau sinetron, video kekerasan atau berita kekerasan yang sering ia dengar atau tonton. Semua itu dapat membentuk atau memberikan contoh anak untuk melakukan kekerasan.

Faktor sekolah. Sekolah bisa jadi pemelihara atau penguat, jika guru dan warga sekolah lainnya abai dan tidak peka terhadap pola interaksi, komunikasi dan hubungan antara siswa maka akan menjadi penguat lahirnya perilaku bullying antara siswa. Misalnya kita tidak menindak lanjuti jika ada seorang siswa yang malaporkan bahwa ia merasa tidak nyaman dengan perkataan atau perilaku temannya. Dan kita menggap perkataan dan perilaku temannya itu sebagai candaan biasa anak remaja

Banyaknya kasus bullying antar siswa di lingkungan pendidikan menjadi PR kita semua sebagai orangtua, guru, tokoh masyarakat serta pemerintah. Walaupun pemerintah melalui sekolah sudah mulai mengkampanyekan dan mensosisalisasikan tentang bahayanya perilaku kekerasan atau bullying kepada guru dan siswa. Namun kampanye anti bullying dan sosialisasi tentang bahayanya perilaku bullying ini tidak cukup hanya di lakukan di lingkungan sekolah saja. Kita perlu mensosialisasikan dan mengkampanyekan kepada masyarakat lebih luas, seperti orangtua, tokoh masyarakat, organisasi pemuda, dll. Untuk melawan perilaku bullying ini butuh kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Peran yang bisa dilakukan oleh berbagai pihak

1) Sekolah : sekolah perlu berkolaborasi dengan orang tua dalam mencegah bullying. Sekolah tidak hanya mengkampanyekan dan mensosialisasikan kepada guru dan siswa. Sekolah pun harus mensosialisasikan tentang bahaya bullying dan bagaimana cara dan peran orangtua dalam mengatasi dan menangani anak pelaku dan korban bullying. Kegiatan ini bisa bareng dengan program parenting di sekolah. Program parenting untuk orangtua ini sangat penting pelaksanaan oleh setiap sekolah dengan tujuan untuk menyamakan tujuan dan kerja sama dalam mendidik anaknya. Selain itu, manfaat program ini adalah meningkatkam kesadaran, pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam pengasuhan anak. Karena tidak sedikit masalah anak bersumber dari pola pengasuhan orangtua yang tidak tepat.

2) Pemerintah : pemerintah perlu mengkampanyekan dan mensosialisakan isu ini kepada masyarakat yang lebih luas. Baik melalu media televisi, media cetak, meblokir tanyangan-tanyangan film dan video yang memperagakan adegan bullying atau kekerasan serta mensosialisasikan bahaya bullying kepada semua pegawai instansi pemerintah maupun pegawai swasta. Tujuannya agar para orangtua yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta bisa bekerja sama dengan sekolah dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Terlebih bagi pegawai pemerintah dan pejabat publik harus jadi teladan bagi masyarakat. Jangan sampai pagawai instansi pemerintah dan pejabat publik malah menjadi pelaku bullying baik kepada bawahanya maupun kepada masyarakat

3) peran orangtua : peran orangtua sangat penting sekali dalam mencegah anaknya agar tidak menjadi pelaku ataupun korban bullying. Agar anak tidak menjadi pelaku bullying, orangtua wajib menanamkan nilai, moral dan memberikan keteladan bagi anaknya seperti bagaimana berkomunikasi dengan anak dan anggota keluargnya, bagaimana menghargai dan memperlakukan orang lain, menanamkan kepedulian, kemanusiaan, bagaimana menyelesaikan masalah dengan baik.***

Penulis : Jahar  guru BK di SMKN 3 Baleendah Kabupaten Bandung.

Jurnalis: Endang Suherli

Editor: Pipih Fendy

No More Posts Available.

No more pages to load.