Lato-lato Menurut Habib Husein Ja’far Al Hadar

oleh
oleh
Lato-lato Menurut Habib Husein Ja’far Al Hadar
Habib Husein Ja’far Al Hadar (foto, Istimewa)

Kota Magelang, Bewaramedia – Belakangan ini permainan lato-lato kembali digandrungi. Mainan sederhana yang menghasilkan suara beruntun saat dimainkan ini sebenarnya pernah populer di Indonesia pada era 1990-an. Ternyata permainan ini terinspirasi dari senjata yang digunakan oleh para koboi di masa lalu.

Kini mainan itu kembali digandrungi. Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun tak sedikit yang ikut memainkan permainan yang dikenal dengan nama lato-lato. Meskipun sebenarnya permainan ini bisa dikatakan berbahaya untuk anak-anak, mengingat terbuat dari bahan yang keras.

Bahkan Presiden RI, H. Joko Widodo dalam kunjungan ke Subang, ikut mencoba permainan tersebut bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Lato-lato adalah sebuah alat permainan sederhana yang terbuat dari sepasang bola yang terbuat dari plastik atau karet. Diikat pada dua utas tali yang membentuk bandulan. Lato-lato dimainkan dengan cara mengayun- ayunkan agar terjadi benturan diantara bola tersebut. Mereka yang berhasil memainkannya paling lama, maka dianggap sebagai sang pemenang.

Saat kedua bola saling berbenturan akan timbul bunyi ‘tok, tok, tok’ yang khas dan unik. Munculnya bunyi ini menjadi kepuasan tersendiri bagi para pemainnya, sebab ketika bunyi itu muncul artinya mereka berhasil membenturkan kedua bola . Namun sebaliknya, mereka yang tidak memainkannya, suara itu justru menjadi suara yang mengganggu.

Tanggapan Habib Husein Ja’far Al Hadar

Pendakwah muda, Habib Husein Ja’far Al Hadar, ikut angkat bicara perihal permainan lato-lato ini. Habib Ja’far berpendapat, bahwa benturan bola-bola pada mainan lato-lato, adalah sebuah isyarat. Pria kelahiran Bondowoso, Jawa Timur, 21 Juni 1988 itu berpesan agar kita jangan mau dibentur-benturkan, dibuat mainan.

“Intinya sih jangan mau dibenturkan, biar kita nggak jadi mainan.” Katanya belum lama ini.

Pernyataan “jangan mau dibenturkan” bisa ditafsirkan sebagai praktik adu domba yang kerap kali terjadi di tengah masyarakat. Dalam ajaran Islam, adu domba disebut dengan istilah namimah.

Adu domba merupakan salah satu perbuatan tercela dengan cara menyebarluaskan berita yang tidak benar (fitnah), dengan tujuan agar diantara individu, kelompok maupun masyarakat secara luas tidak saling menyukai satu sama lain sehingga menimbulkan permusuhan.

Berbeda dengan Arif, salah satu mahasiswa dari Universitas Negeri Tidar Magelang, ini justru merasa asyik saat bermain . “Bagi saya ada kepuasan tersendiri saat berhasil membunyikan lato-lato ini. Selain itu saya kira bisa untuk melatih konsentrasi, karena kalau ga konsentrasi juga susah” terangnya, sambil terus memainkan lato-lato.

Arif, Ahmad dan Kevin, mahasiswa Untidar Magelang, tengah asyik bermain lato-lato. (foto, Hermanto)

Hal senada juga disampaikan Kevin dan Ahmad, bahwa untuk bermain lato-lato dibutuhkan kesabaran dan konsentrasi. “Kalau gak konsen ga bisa bunyi, malah nyangkut-nyankut talinya” kata Kevin, yang hampir setiap sore bermain lato-lato di tempat tongkrongannya. (hm)

 

No More Posts Available.

No more pages to load.