BewaraMedia- Kim Jinmyung (69), mantan kepala sekolah SMA Danwon masih ga bisa tidur sejak terjadinya bencana tenggelamnya kapal sewol yang terjadi 10 tahun lalu. Saat itu, 250 siswanya meninggal dunia, 11 guru meninggal dunia, termasuk wakil kepala sekolah Kang Minkyu. Pak Kim mengalami bencana Kapal Sewol 7 bulan setelah dia menjabat jadi kepala sekolah di SMA Danwon pada September 2013. Dia pensiun pada tahun 2016 dan tinggal sendirian sejak Oktober 2019 bersama 2 anjing. Pak Kim Jinmyung masih berdoa untuk anak-anak dan guru yang meninggal pada jam 3 pagi setiap harinya.
“Saya masih ingat scene ngumpulin mayat anak-anak di dalam air. Akhir-akhir ini saya sering ngeliat anak-anak dan guru dalam mimpi saya.Saya masih gak bisa lihat anak-anak yang kulitnya bengkak karena terlalu lama berada di bawah air. Kalau ada tempat yang bagus, saya berharap bisa hidup bahagia di sana dan bertemu mereka nanti,”
Pada 16 April 2014, Kim seperti biasa kerja di SMA Danwon, terus jam 07.40 dia nelpon wakil kepala sekolah yang mendampingi siswa buat ngecek situasi anak kelas 2 tapi teleponnya tidak tersambung. Sekitar jam 09.30, kepala departemen sekolah buru-buru nyamperin Kim terus bilang dia harus jawab telponnya soalnya situasinya gak baik, pak Kim pun langsung turun ke Pelabuhan Paengmok. Pak Kim minta bantuan guru Yang Seungjin dan mantan guru penjas Ko Changseok buat ngikutin dia evakuasi siswa karena ada lebih dari 200 anak dari sekolahnya yang naik kapal Feri Sewol.
Kekesalan keluarga korban karena kehilangan anaknya ditujukan kepada pak Kim yang berkunjung ke Pelabuhan Paengmok. Salah satu anggota keluarga ada yang mencengkram kerah baju Kim, sambil berteriak:
“Selamatkan anak-anak,”
“Mengapa kamu bikin field trip naik kapal?”
Dia juga pernah diseret ke kamar jenazah sambil dicengkeram kerahnya,
“Kamu harus ngeliat dengan jelas apa yang terjadi sama anak-anak kami!”
Sehari setelah bencana itu, Wakepsek Kang keliatan cemas banget, jadi pak Kim terus ada di sisinya Wakepsek Kang dan gak ngebiarin dia pergi sendirian. Tapi waktu itu pak Kim sempet pergi sebentar buat ketemu sama ortu siswa, eh tau-taunya Wakepsek Kang udah hilang ga keliatan. Pak Kim dengan guru lain pun ikut nyari dan lapor ke polisi, tetapi Wakepsek Kang ditemukan tewas di dekat Stadion Indoor Jindo di Jindo-gun, Jeollanam-do, keesokan harinya.
Wakepsek kang ninggalin surat:
“Ada 200 orang yang tidak diketahui apakah masih hidup atau engga, tapi saya terlalu lelah buat hidup sendiri. Salahkan saja aku sepenuhnya.”
Kehidupan pak Kim terhenti setelah bencana tersebut. Dia dibebastugaskan dari jabatannya pada bulan Juni 2014, 2 bulan setelah bencana. Setelah itu dia diangkat sebagai kepala sekolah SMA di Hwaseong, Provinsi Gyeonggi. Tapi pas Maret 2015, dia mengundurkan diri karena banyak yang protes kenapa mantan kepsek kasus Kapal Sewol dipekerjakan di SMA itu.
Saat ini, Pak Kim tinggal di pelabuhan Paengmok, pelabuhan dimana para korban kapal Feri Sewol berusaha diselamatkan. Pak Kim udah mengisolasi semua berita tentang dunia, kayak koran ataupun televisi. Kim saat ini mengabdikan dirinya buat mempelajari agama sejak bencana tersebut.
Kesedihan pak Kim adalah karena rasa tanggung jawab kepada meninggalnya anak-anak dan guru SMA Dangwon.
Waktu itu ada ayah dari seorang guru SMA Danwon datang menahan nangis sambil berbisik ke dia
“Anak saya seorang guru, tolong bantu temuin jenazahnya aja. Saya bakal pergi kok abis ini, saya cuma mau nemuin jenazah anak saya.”
Mereka, para guru sekolah beserta keluarga guru SMA Danwon, bahkan tidak berani menangis, merasa tidak pantas untuk menangis.
Karena mereka tahu, duka orangtua keluarga korban, anak-anak SMA Danwon, lebih besar dari mereka.
Sumber: NaverNews