Oleh: Vey
Sejak usiaku menjadi 41 tahun, yang aku pikirkan bukan lagi tentang angan angan kemewahan. Yang lebih kukhawatirkan nasibku setelah habis waktuku disini.
Aku tak mampu mendapatkan gambaran yang lengkap tentang masalalu.tapi itu semua cukup berat dan banyak kejadian yang membuatku terguncang keras sampai aku berada di titik terendah berkali-kali dan lelah untuk menangis.
Yang aku pikirkan sekarang bagaimana nanti aku mampu melewati malam malam yang dingin sendirian hanya ditemani dosa dan kain kafan dibawah tanah dan papan. Tak bisa meminta pertolongan manusia lainnya kecuali ada kebaikan dariku yang layak menjadi penolongku serta doa anak anakku yang shaleh (Aamiin).
Sekarang apapun yang mestinya membuatku marah dan sedih tentang kehidupan, tak mampu lagi memancing emosi&rasa sakit hatiku untuk itu.
Yang aku lihat hanya kasih sayang Tuhan yang tiada henti untukku yang telah memberiku kesempatan hidup selama ini dan menopang jiwaku yang lemah sejak kecil.meskipun aku belum mampu bersyukur secara maksimal, karena Bebal dan fakirnya ilmu diri ini, masih saja terpedaya rasa malas.
Malas karena lelah, lelah karena pikiranku selalu sibuk, seperti ada perang batin yang tak pernah usai sejak usiaku 11 tahun, bahkan saat aku sendiri, rasanya aku sedang berdebat dalam ruang dan waktu yang entah kemana arahnya tanpa menemukan jawaban pasti.
Meski aku selalu bingung, aku selalu berusaha menjalani hidup ini dengan tegar dengan segala upaya ku untuk melewati berbagai tantangan hidup sepanjang waktuku.
Terlalu panjang ceritaku jika digambarkan sejak awal, tapi semuanya nyata, aku yang rapuh ini selalu berusaha untuk bangkit dari keterpurukan hati.dan upaya itu akan kulakukan terus sampai aku mampu memafkan diriku dan berhasil mentertawakan masa laluku dalam kedamaian hati.
Terimakasih kepada diriku yang selama ini tetap tegar menjalani garisan takdir.
Dulu aku pemarah, mudah terbawa perasaan, sekarang aku hanya nama dan raga… Aku Mati rasa. Aku sudah mati sebelum kematianku tiba. Akhirnya hanya ada aku dan Tuhanku, karena hanya Tuhan saja yang tak pernah meninggalkan aku bagaimanapun buruknya aku.
Tak ada lagi cita cita yang kupendam, tak ada lagi dendam yang tersisa, bukan aku putus asa, tapi memang kini aku hanya menjalani sisa waktuku. Semoga aku dan semua orang yang percaya adanya Tuhan akan mendapatkan akhir cerita yang mulia lalu meninggalkan dunia ini dengan sebaik-baiknya cara dan menemukan jalan pulang yang mudah dan indah di keabadian. Aamiin.