Bandung, BewaraMedia– Abah Landoeng, sosok legendaris yang pernah terlibat langsung dalam kesuksesan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955, kembali menjadi sorotan dunia. Pada Sabtu, 2 November 2024, Abah Landoeng berkesempatan berbagi kisahnya dengan jurnalis asal Prancis, Frédéric Martel, di Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung.
Wawancara yang berlangsung hangat ini berfokus pada KAA 1955, perannya dalam geopolitik global, serta dampaknya terhadap masyarakat Bandung. Frédéric Martel, yang dikenal sebagai pakar budaya pop dan soft power, tampak sangat antusias mendengarkan kisah-kisah dari Abah Landoeng.
Abah Landoeng, yang saat itu bertugas mengumpulkan mobil-mobil VVIP untuk para delegasi KAA, menceritakan secara detail suasana Bandung kala itu. Ia menggambarkan semangat gotong royong masyarakat Bandung dalam menyukseskan acara internasional tersebut.
“Warga Bandung, Jawa Barat, dan seluruh Indonesia dengan sukarela bergotong royong menyelenggarakan KAA. Semangat kebersamaan dan nasionalisme sangat tinggi,” kenang Abah Landoeng.
Abah Landoeng juga menekankan pentingnya semangat anti-kolonialisme yang menjadi landasan KAA. “KAA adalah bukti bahwa bangsa-bangsa Asia Afrika bisa bersatu untuk melawan penjajahan. Sayangnya, semangat itu belum sepenuhnya tercapai, terutama di Palestina,” ujarnya.
Frédéric Martel, yang juga dijadwalkan mewawancarai beberapa tokoh penting lainnya yang terlibat dalam KAA, mengaku sangat terkesan dengan semangat dan pengetahuan Abah Landoeng. Menurutnya, kisah-kisah yang disampaikan Abah Landoeng sangat berharga untuk memahami konteks sejarah KAA dan relevansinya hingga saat ini.
“Wawancara dengan Abah Landoeng sangat bermakna. Beliau adalah saksi hidup sejarah yang luar biasa,” ujar Frédéric Martel.
Melalui wawancara ini, diharapkan semangat KAA 1955 dapat terus menginspirasi generasi muda. Nilai-nilai persatuan, kerjasama, dan anti-kolonialisme yang diusung KAA masih sangat relevan hingga saat ini.
“Saya berharap semangat KAA dapat terus hidup di hati generasi muda. Kita harus terus memperjuangkan keadilan dan perdamaian di dunia,” pungkas Abah Landoeng.
Hasil wawancara antara Frédéric Martel dan Abah Landoeng akan diterjemahkan dan disebarluaskan melalui berbagai media di Prancis. Hal ini diharapkan dapat memperkenalkan KAA 1955 kepada masyarakat internasional lebih luas.
Ricky Arnold, penerjemah dari Institut Français Indonesia (IFI) Bandung, menyatakan bahwa wawancara ini telah mencapai tujuannya. “Kami berhasil menggali informasi yang sangat berharga tentang KAA 1955,” ujarnya.
Jurnalis: Tim Bewara Media
Penulis: VRM